Cara Membagi Saham untuk Founder Lebih dari Satu, Ternyata Begini

Pembagian Saham

Cara membagi saham untuk founder pada startup yang masih baru mempunyai beberapa pertimbangan. Pertama, pertimbangan berupa modal, yang mana terbagi menjadi modal materi dan modal non materi. Modal materi misalnya uang tunai, sedangkan modal non materi ada banyak ragamnya seperti waktu, tenaga, ide, dan sebagainya.

Kedua, pertimbangan berupa valuasi startup itu sendiri. Kemudian pembagian fee founder dan co founder harus jelas supaya tidak terjadi persaingan. Saham menjadi kepemilikan dari penyertaan modal, baik itu dari pihak founder maupun investor dengan perhitungan tertentu.

Jika tidak ada negosiasi, kesepakatan, atau perjanjian tertulis dalam membangun startup bersama bisa berakibat pada permusuhan. Lantas, bagiaman cara membagi saham untuk founder yang lebih dari satu?

Cara Membagi Saham untuk Founder, Berikut Penjelasannya

Dalam artikel  Harvard Business Review berjudul The Very First Mistake Most Startup Founders Make, negosiasi pembagian saham sebaiknya kamu lakukan ketika startup sudah cukup matang (bukan di awal). Bedakan antara memperjelas fee dengan pembagian saham, ya.

Kalau kamu melakukan negosiasi tentang pembagian saham antar founder di awal, hal ini akan cukup sulit. Sebab, keadaan di masa depan masih banyak yang belum pasti.

Pada intinya, untuk negosiasi dan proses pembagian saham antar founder tidak ada aturan yang berlaku secara universal (umum). Pembagian murni dari kesepakatan bersama masing-masing founder tersebut.

Contoh Membagi Saham untuk Founder dengan Tambahan Venture Capital

Dalam sebuah startup yang sudah cukup matang, nilai valuasi startup tersebut misalnya Rp100 miliar. Pembagiannya misalnya founder 1 sebagai Chief Executive Officer (CEO) mempunyai saham 50%. Sedangkan founder 2 sebagai Chief Technology Officer (CTO) mempunyai saham 10%.

Berdasarkan kesepakatan antara founder 1 dan founder 2, 10% saham untuk Employee Stock Option Plan (ESOP) atau kepemilikan saham untuk karyawan startup yang merupakan benefit keuntungan dari perusahaan. Dalam hal ini, bisa Chief Marketing atau karyawan lain berdasarkan kebijakan dari perusahaan startup itu sendiri.

Lantas seiring berjalannya waktu, startup mereka berkembang dan sebuah perusahaan venture capital tertarik untuk menanam modal dengan membeli saham sebesar 10% dengan harga Rp1 triliun. Secara otomatis, nilai valuasi startup dan persentase kepemilikan saham masing-masing founder berubah.

Hasilnya, valuasi startup yang semula Rp100 miliar menjadi Rp10 triliun. Founder 1 (CEO) 45% saham dengan valuasi Rp4,5 triliun. Founder 2 (CTO) 36% saham dengan valuasi Rp3,6 triliun. ESOP 9% saham dengan valuasi Rp900 miliar. Serta perusahaan venture capital 10% saham dengan valuasi Rp1 triliun.

Mungkin kamu bertanya-tanya, bagaimana perhitungan kok yang semula 50% berubah jadi 45%. Dan yang semula 40% berubah menjadi 36% setelah ada perusahaan yang membeli saham? Pada intinya kembali lagi, bahwa perhitungan tersebut sepenuhnya merupakan kesepakatan antar founder serta kebijakan perusahaan.

Kesimpulan

Secara umum, pembagian saham paling tinggi berada di tangan pemilik modal utama. Artinya, orang yang mendanai sejak awal berdirinya startup tersebut. Sehingga tak heran founder 1 sebagai CEO mendapat persentase yang paling tinggi yaitu 50%.

Tidak hanya itu saja, masing-masing founder harus memperhatikan apa itu Break Even Point (BEP). Dengan menentukan BEP, maka pembagian menjadi tepat karena berdasarkan kontribusi yang mereka berikan kepada perusahaan selama ini. Sekian beberapa gambaran cara membagi saham untuk founder di startup rintisan dengan keadaan tertentu.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked*